Headlines News :
Home » » Tentang Pertanian Kolektif

Tentang Pertanian Kolektif

Written By Reforma Agraria on Rabu, 30 November 2011 | 23.47


Sistem pertanian kolektif adalah pengelolaan proses produksi pertanian secara bersama-sama berdasarkan pengembangan tanah kecil sepetak-petak milik perseorangan menjadi milik kolektif. Karena terbukti pemilikan individual atas lahan sangat sempit disertai alat kerja masih tradisional hanya menghasilkan kemiskinan, bukan kesejahteraan sosial. Dua syarat di bangun pertanian kolektif adalah; bangkitnya bangkitnya kesadaran tinggi di kalangan tani penggarap dan sikap sukarela dalam melaksanakan pekerjaannya. Sistem pertanian kolektif menciptakan kebersamaan tani penggarap dan membangun solidaritas erat sesama kaum tani dalam perjuangan pembebasan kemiskinan. Sistem pertanian kolektif akan lebih bermanfaat di dalam meningkatkan kesejahteraan sosial kaum tani daripada pemilikan individu, karena mengandung kelebihan, seperti:

  1. Hasil produksi meningkat
Hasil yang didapatkan dari pertanian kolektif akan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pertanian individual. Tenaga yang yang diperlukan akan semangkin sedikit (efisiensi tenaga). Biaya produksi yang dikeluarkan pun akan lebih hemat dengan hasil keuntungan yang memuaskan (efisiensi modal).

  1. Jenis tanaman beraneka ragam
Dengan lahan yang luas, jenis tanaman yang dapat di tanam oleh kaum tani juga akan lebih berfariatif dan dapat disesuaikan dengan kondisis perkembangan pasar. Kaum tani tidak akan khawatir tidak dapat menanamkan tanaman hanya karena terbentur lahan mereka yang sempit.

  1. Lahan semangkin luas
Keuntungan dari pertanian kolektif adalah tanah yang digarap akan semangkin luas. Tidak ada lagi pemetakan-pemetakan yang membuat lahan semangkin sempit (efisiensi lahan) dan disini akan ada kemajuan-kemajuan yang dicapai. Teknologi modern sangat diperlukan dalam pertanian kolektif untuk menunjang kelancaran pengerjan lahan. Sudah tidak relevan lagi jika lahan yang luas harus dikerjakan dengan alat kerja tradisional.

  1. Sumber daya manusia berkembang (profesional)
Dengan masuknya teknologi modern dalam pengelolaan lahan pertanian akan semangkin meningkatkan hasil produksi dan efisiensi. Dengan teknologi modern juga akan merangsang kaum tani serta menuntut kaum tani untuk mampu mengatur manajemen pertanian secara baik dan teratur. Kaum tani dituntut untuk bekerja profisional dalam menghadapi persaingan bebas.

Dengan demikian, mewujudkan mekanisme pertanian kolektif pada dasarnya alalah usaha maju untuk membongkar kembali struktur kepemilikan perseorangan secara sepetak-petak, sesuai peningkatan masyarakat penyakap Indonesia di jaman lampau  Karena feodalisme kita bukan feodalisme seperti Eropa atau Amerika. Tapi feodalisme kita merupakan sistem penyakap di dalam masyarakat agraris dari sebagaian besar rakyat kebanyakan seperti para bujang, numpang, kerik dan singkep.

Mereka mengolah tanah secara bergantian sesuai status sosialnya, yakni singkep lebih tinggi kedudukannya daripada kerik, kerik lebih tinggi kedudukannya daripada para bujang atau numpang, begitu seterusnya. Dominasi dan konsentrasi pemilikan tanah oleh perseorangan (tuan tanah) seperti para Bupati, Wedana atau Administrator kerajaan dan elite lainnya tidak pernah melahirkan pionir-pionir baru kelas borjuasi yang kelak sangat berperan penting sebagai industrialis-industrialis tangguh ketika memasuki masa kapitalisme.


I. Prinsip-Prinsip Menjalankan Produksi Pertanian

Meningkatkan Produktifitas pertanian untuk Mewujudkan Tatanan Ekonomi Yang Berbasis Kepada Kekuatan Rakyat, Mandiri-Berdikari Dan Berorientasi Pada Kepentingan Rakyat tidak memungkin menunggu syarat-syarat yang sempurna dari tahapan land reform. Bahkan secara dialektis meningkatkan produktifitas pertanian dapat memacu percepatan syarat-syarat reforma agraria. Yang terpenting adalah bagaimana prinsip-prinsip dapat berlaku dalam meningkatkan produktifitas pertanian.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:

  1. Ada koperasi (secara kolektif) yang menjalankan produksi pertanian tersebut secara profisional.
  2. Koperasi (secara kolektif) tersebut bertanggungjawab terhadap organisasi diatasnya dan terhadap massa rakyat setempat.
  3. Pelaksanaan produksi pertanian melibatkan partisipasi massa rakyat.

II. Klasifikasi Tingkat Produktifitas Pertanian

Sehubungan dengan tingkat produktifitas pertanian yang langsung bersangkutan dengan sengketa agraria selama ini dalah: tenaga produksi, alat produksi, dan model produksi. Oleh karenaitu tingkat produktifitas pertanian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Alat produksi berupa tanah.
  2. Teknologi produksi untuk meningkatkan hasil pertanian.
  3. Manajemen koperasi dan pwertanian kolektif.
  4. Pasar hasil produksi pertanian.

III. Tahapan Penyelesaian

1. Alat produksi berupa tanah

Sejatinya tanah haruslah dikerjakan secara kolektif karena dengan dikerjakan secara kolektif maka tanah tersebut akan berproduksi secara maksimal dan lebih berguna untuk semua orang. Oleh karenanya kesadaran dan kesukarelaan bahwa tanah tersebut akan dimiliki dan dikerjakan kolektif harus menjadi pemahaman kaum tani.

2. Teknologi produksi untuk meningkatkan hasil pertanian

  1. Kepemilikan dan dikerjakan tanah secara kolektif hanya bisa digarap dengan teknologi produksi, agar kaum tani dapat memperoleh keadilan dan kesejahteraannya.
  2. Pemenuhan modal – kridit usaha pertanian dan pertanian modern harus ada tanggungjawab pemerintah atau kekuasaan politik secara keseluruhan.
  3. Disamping itu sebuah koperasi (secara kolektif) yang terkontrol dan bertanggungjawab harus dibentuk mencarikan jalan alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
  4. Pengajuan proposal atas nama organisasi (Serikat tani atau koperasi) kepada organisasi lain, personal, bahkan menagih tanggungjawab pemerintah atau kekuasaan politik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Syarat prinsip adalah; tidak mengikat untuk membangun kemandirian kaum tani. Kalau bantuan berupa dan maka harus masuk ke rekening yang terkontrol tiga (3) orang dan bertanggungjawab pada organisasi dan massa rakyat.Dana tidak boleh masuk ke tangan perorangan baik langsung atau sembunyi-sembunyi, artinya rekening tersebut terbuka dan dilaporkan pada organiasasi dan rapat berdasarkan mekanisme organisasi.
  5. Semangkin cepat dan digunakan untuk modal dan teknologi maka akan semangkin mengkongkritkan kerja dan mentiadakan manipulisai. Usahakan bantuan sudah berupa alat teknologi agar memperkecil resiko ongkos dan lainnya sewaktu membeli teknologi.

3. Manajemen koperasi dan pertanian kolektif


  1. Setelahlah dana turun segera lakukan pendidikan organisasi dan manajemen pengelolaan lahan. Pendidikan bertujuan: a. Membangun kontrol dan monitoring yang kuat. Karena kalau tidak justru akan melahirkan disorientasi. b. Meningkatkan pengetahuan kaum tani soal manajemen pertanian kolektif yang lebih maju.
  2. Bekerjasama dengan kaum profisional dan lembaga-lembaga yang direkomundasikan untuk menyelenggarakan pendidikan dan asistensi teknis.
  3. Pilih dan tugaskan orang-orang terpercaya pada posisi-posisi koperasi secara demokratis.
  4. Pastikan partisipasi aktif dari seluruh kaum tani dalam proses produksi kecuali orang jompo dan anak-anak balita (itupun dalam waktu tertentu dapat berguna).
  5. Jangan segan-segan dan terlambat mengadili orang yang bersalah dalam menjalankan manajemen koperasi dan pertanian kolektif, karena akan membawa pengaruh kerusakan besar pada sistem keseluruhan.

4. Pasar produksi pertanian


  1. Semenjak awal sudah di rintis dengan bantuan jaringan organisasi (serikat tani atau koperasi) mencarikan pasar yang baik bagi hasil produksi kaum tani. Sehingga sebelum panen sudah ada pasar yang pasti yang menampung dengan harga yang lebih baik bagi hasil pertanian tersebut.
  2. Namun demikian, harus diketahui bahwa harga pertanian yang tidak ditentukan oleh kaum tani suatu saat akan berubah. Oleh karena itu kaum tani dibantu jaringan organisasi (serikat tani atau koperasi) harus terus memastikan memastikan harga ditentukan oleh kaum tani dengan kerjasama yang luas.
  3. Berhati-hatilah dengan sindikat perdagangan yang tidak jelas dan tidak terbuka. Oleh karena itu untuk menghindari kerugian maka pembelian dan penjualan harus tunai dann kongkrit di depan. Delegasi atau team yang melakukan hubungan dengan pembeli dan penjual pastikan bertemu langsung dengan pemilik modal.
  4. Siapkan antisipasi bila ada indikasi culas.
  5. Bukalah kemungkinan berhubungan dengan beberapa orang pembeli.
  6. Secara prinsip seharusnya kaum tani membangun kerjasama dengan kaum buruh, mahasiswa progresif, kaum miskin kota dalam bentuk pemasaran. Karena ini akan semangkin memperkuat solidaritas antar sektor rakyat.
Share this post :

+ komentar + 3 komentar

Anonim
5 Desember 2013 pukul 10.25

Thank's gan infonya !!!

www.bisnistiket.co.id

29 Maret 2015 pukul 13.49

nambah pengetahuan lagi nih. makasih gan.
sekedar sharing juga ni, dengar-dengar blog jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia adalah blog baru yang cukup bagus menyediakan referensi seputar pertanian, sesuai dengan namanya jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia memang tidak hanya membahas teori saja, namun infonya juga bersifat aplikatif, karena itulah kadang juga saya mengunjunginya DISINI>> jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia

19 April 2015 pukul 11.14

nambah ilmu nich gan
trima kasih bagi yang mau latihan soal ujian http://mataharippg.blogspot.com/2015/04/latiah-soal-cbt-computer-based-test.html

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Reforma Agraria - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger